Senin, 31 Oktober 2011

Kesehatan reproduksi Remaja

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
  1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
  2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
  3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
  4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual, dsb).

Mengapa Ibu, Wanita, Perempuan harus Sehat

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap rang hidup produktif secara sosial dan ekonomis . (UU no.23/1992 tentang Kesehatan ). Kesehatan adaalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk hidup,sehingga kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan. Tetapi kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu memiliki derajat kesehatan yang memadai.

Kaum wanita yang merupkan bagian dari penduduk Indonesia ternyata masih belum mampu mencapai tingkat kesehatan yang kita harapkan. Hal ini tidak lepas dari tingkat pendidikan kaum perempuan yang sebagian besar masih rendah. Mengapa sampai terjadi demikian ? Hal ini karena adanya diskriminasi gender pada bidang pendidikan. Masih ada nilai-nilai budaya yang menomorduakan wanita ,maka anak perempuan umumnya tidak sampai sekolah yang setinggi-tingginya. Akibat dari pendidikan yang rendah maka ketrampilannya terbatas dan hanya bisa bekerja dengan upah yang rendah.

Karena pendidikan yang rendah , maka pengetahuan tentang hidup sehat, kebersihan pribadi, kebersihan lingkungan, makanan yang bergizi, juga kurang sekali, terutama kemampuan hidup sehat untuk dirinya sendiri.

Karena di pedesaan umumnya seorang ibu bekerja berat dari pagi sampai malam, pekerjaan di rumah tangga,cuci, masak, mengumpulkan kayu bakar, mengambil air, mengasuh anak, membersihkan rumah, sampai melayani suami pada malam harinya, sungguh aktivitas sehari-hari yang sangat berat bagi seorang ibu rumah tangga. Di tambah pekerjaan di ladang/sawah atau di pabrik atau di pasar atau di masyarakat dan karena kurang memperhatikan kesehatannya ,akibatnya mengalami gangguan kesehatan. Wanita di perkotaan yang beban pekerjannya cukup tinggi pun rentan terkena gangguan kesehatan, kalau tidak melakukan upaya pencegahan.

Padahal kita tahu bahwa :

  • Modal paling beharga dari suatu bangsa adalah penduduknya.
  • Jumlah penduduk wanita di negara kita lebih banyak dari separuh jumlah seluruh penduduk dan menjadi sasaran mayoritas program kesehatan.
  • Ibu/wanita punya peranan penting sebagai pemelihara kesehatan keluarganya, terutama anak-anak yang semuanya masih dalam asuhan Ibu.
  • Ibu/wanita punya peranan besar(menentukan) dalam meneruskan nilai-nilai kebersihan dan hidup sehat di rumah.


Jadi wanita mempunyai peranan sentral dalam menentukan kualitas generasi penerus dan kualitas keluarga. Selain itu, kesehatan juga akan sangat mempengaruhi kualitas hidup wanita itu sendiri. Kualitas hidup dipengaruhi oleh antara lain kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Oleh karena jumlah kaum wanita sangat besar dan perannya yang penting dalam pembangunan bangsa,maka salah satu modal penting yang harus kita miliki adalah derajat kesehatan yang memadai bagi kaum wanita.

Wanita yang sehat mempunyai kesempatan untuk memenuhi semua potensi yang ada dalam dirinya. Di samping itu,dia akan mempunyai bayi yang lebih sehat, mampu merawat keluarga dengan lebih baik lagi, dan mampu menyumbang lebih banyak dalam masyarakat. Bila wanita sehat,maka masyarakatpun juga akan sehat.

Beban wanita yang punya peran majemuk ini sudah terlalu banyak. Tantangan terbesar dari upaya memampukan wanita untuk hidup sehat ialah bagaimana bisa meneruskan pesan utama ini bagi semua ,khususnya kaum pria yang punya kesempatan dan peluang lebih besar dalam mengemban tanggung jawab ini. Karena itu untuk mengubah keadaan,ke arah tercapainya Indonesia Sehat 2010, harus diupayakan sungguh-sungguh oleh semua pihak bukan hanya wanita dan ibu rumah tangga,tetapi juga kaum pria sebagai kepala keluarga, Pemerintah dan masyarakat agar Wanita Sehat. Atas pertimbangan semua itu, marilah kita cipatakan suatu kondisi yang memungkinkan wanita itu diperhatikan dan memperhatikan kesehatan dirinya. Diperlukan adanya informasi, pengetahuan dan pelayanan yang memadai bagi wanita untuk hidup sehat.

Sumber : http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Mengapa%20Ibu,%20Wanita,%20Perempuan%20harus%20Sehat&&nomorurut_artikel=295

Wanita perlu pahami kesehatan reproduksi

Masalah kesehatan reproduksi perlu mendapat sosialiasi yang luas agar para calon ibu mengetahui persoalan reproduksi yang akan dialaminya berikut mendapatkan jalan keluar dari persoalan tersebut. "Tanpa mengenal organ kesehatan reproduksi dengan baik maka dikhawatirkan para calon ibu buta sama sekali dan akhirnya bisa berakibat pada keharmonisan hubungan suami isteri," kata Kepala BKKBN Provinsi Bengkulu, Hilaluddin Nasir di Bengkulu.

Dia mengatakan, kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang baik, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi juga sehat dari aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya.
Masalah kesehatan reproduksi, katanya, terkait dengan terganggunya sistem, fungsi dan proses alat reproduksi, yang dapat berakibat pada keharmonisan hubungan suami-isteri bahkan dapat mengganggu kelancaran proses kehamilan dan persalinan.

Untuk itu dia berharap, setiap pasangan suami-isteri disarankan untuk memeriksa dan merawat organ kesehatan reproduksi masing-masing agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik dan normal. Usia ideal perkawinan untuk laki-laki minimal 25 tahun dan perempuan minimal 21 tahun. "Usia 25 tahun bagi laki-laki sudah dianggap matang dari segi emosi, ekonomi dan sosial," katanya.

Begitupun usia 21 tahun sudah dianggap matang bagi perempuan dari segi emosi, kepribadian dan sosialnya. Khusus untuk perempuan menurutnya, usia kurang dari 21 tahun, rahim dan pinggulnya belum berkembang dengan baik, sehingga kemungkinan terjadi kesulitan dalam persalinan.

Dikatakan, kehamilan yang sehat, suatu kondisi sehat fisik dan mental ibu dan janin yang dikandungnya. Kehamilan yang sehat dicirikan oleh cukup bulan (matur) sekitar 38 sampai 40 minggu (280 hari). "Berat badan ibu idealnya meningkat 0,5 kg perminggu atau 6,5 sampai 16 kg selama masa kehamilan dengan disertai peningkatan berat badan janin yang sesuai dengan umur kehamilan," katanya.

Mengenai tekanan darah tidak lebih dari 120/80 mm Hg. Untuk itu maka selama masa kehamilan perlu istirahat yang cukup, minum tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan.

Menurutnya, perlu menghindari terlalu muda untuk hamil usia kurang dari 21 tahun. Terlalu tua untuk hamil usia lebih dari 35 tahun. Terlalu sering hamil beresiko tinggi dan terlalu rapat jarak kehamilan juga beresiko.